Gayo Lues- Sepenggal kisah hutan Keudah

Pada kondisi terbaik, hutan tropis memberikan keajaiban di luar bayangan. Ribuan jenis spesies hidup bersama di sini, menjalin suatu hubungan sangat rumit. Semua berusaha menggunakan sumber daya yang ada untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Semua mengembangkan kemampuan untuk bisa mencari makan dan menghindari dimakan. Para penghuni berusaha menghindari persaingan keras dan untuk itu mereka masing-masing berevolusi. Bentuk, warna, perilaku, dan fisiologi tubuh berkembang menyesuaikan dengan kondisi tempat mereka tinggal dan mencari makan. Hutan bukan sekedar warna hijau saja atau bentuk tunggal monoton. Hutan juga bukan hanya bagi mahluk berukuran besar melainkan juga penuh dengan mahluk kecil. Memang hanya itu yang terlihat kalau kita hanya selintas saja, jalan di hutan tanpa memperhatikan. Tetapi sekali kita mencoba melihat lebih seksama maka kita kan menemukan bagaimana menakjubkannya alam ini. Keragamannya seolah tanpa batas.      


Hutan di Keudah ditemukan mulai pada ketinggian 1.300 meter dari permukaan laut. Secara ilmiah disebut hutan pegunungan bawah (sub-montan). Udara terasa sejuk dan  hujan selalu melimpah selama musimnya. Kabut sering turun, memberi kesan misteri di hutan. Berbagai jenis pohon bertebaran cukup berdekatan meskipun ukurannya tidak sebesar yang ditemukan pada hutan dataran rendah. Di sini adalah dominasi keluarga pohon pasang dan medang. Tajuk antar pohon tidak rapat seperti  hutan dataran rendah, memberi pulang cahaya masuk, dan selanjutnya menyebabkan semak belukar tumbuh di lantai hutan. Bila diperhatikan ke batang pohon tampak tumbuhan jenis lain menempel, ikut menumpang hidup, baik dengan merayap dari tanah atau bertengger pada bagian atas tanpa terhubung ke tanah. Hutan pegunungan bawah kaya akan kedua bentuk ini. Saya selalu menyukai hutan pegunungan seperti ini, udara dingin mengurangi kelembaban. Aneka kehidupan meskipun masih kalah dengan hutan di dataran rendah, tetapi masih cukup buat menjumpai hal menarik, apalagi dalam kondisi hutan masih baik seperti di Keudah.


Angrek adalah pemberi kejutan dalam hutan. Di sela-sela hijau, bermunculan warna putih, kuning, oranye atau ungu, ketika musim berbunga tiba. Bisa muncul di atas tanah atau menggantung pada dahan-dahan pohon. Bunga dapat berukuran besar atau kecil dengan bentuk berbeda-beda. Meskipun terdapat pola bentuk bunga yang sama menjadi ciri khas anggrek. Jenis sangat beragam dan Sumatera adalah gudangnya.   J.B. Comber dalam bukunya Orchid of Sumatra (2001), menyebutkan terdapat 1.118 jenis anggrek di Pulau Sumatera. Spesies Calanthe triplicata (gambar di atas), tumbuh di permukaan tanah, hanya merupakan satu dari sekian banyak anggrek penghuni hutan Leuser. 


Berapa banyak jenis binatang penghuni hutan tropis? Tidak ada jawaban tepat. Bisa ribuan atau puluhan ribu jenis. Satu-satunya yang pasti adalah sebagian besar spesies adalah mahluk-mahluk beukuran kecil tidak bertulang belakang (invertebrata). Mereka menghuni mulai dari tajuk pepohonan, batang, daun-daunan, permukaan tanah hingga dalam tanah. Mereka merayap, loncat atau terbang. Tampilan mereka bisa menyaru dengan lingkungan sekitar atau menyolok seperti kumbang daun (Chrysomelidae) dalam foto di atas. Warna merah menyala memang menarik tetapi mengandung arti lain. Itu merupakan peringatan pada hewan lain yang mencoba memakan bahwa tubuhnya beracun. Daun-daun yang disantap tidak hanya memberi energi tetapi juga mengandung unsur-unsur kimia dan kumbang mampu menyimpannya lalu memanfaatkan sebagai sistem pertahanan terhadap para predator.


Lantai hutan penuh dengan serasah dedaunan adalah dunia yang tidak pernah sepi. Berbagai hewan melata mencari makan dan bertahan hidup. Kaki seribu (Diplopoda) aktif memakan sejumlah besar daun-daun berserakan, membantu proses penguraian serasah. Sesuai namanya, jumlah kaki mahluk ini sangat banyak, namun itu tetap tidak bisa membantu tubuh silindernya  bergerak cepat. Meskipun lamban, kaki seribu adalah salah satu hewan darat tertua. Diperkirakan nenek moyang hewan ini muncul pada periode Silurian (440-410 juta tahun lalu) dan tumbuh hingga mencapai ukuran badan 2 meter.

Stripped blue crow-Euploea mulciber

Common mapwing-Cyrestis maenalis

Mahluk-mahluk kecil berterbangan lalu lalang di ruang udara dalam hutan tropis. Beberapa berdengung ibarat suara mesin, misal tawon. Beberapa lainnya, gerakannya sama sekali tidak terdengar seperti kupu-kupu. Gaya terbang serangga disebut terakhir ini berbeda-beda. Ada yang cepat, ada yang santai dan anggun. Kupu-kupu adalah penghuni hutan paling gampang terlihat. Mereka dijumpai hinggap pada tumbuhan terutama bagian bunga atau di tanah. Makanan utama adalah madu, dihisap dari bunga. Cairan dari dahan dan batang pohon atau bangkai dan kotoran hewan, kadang masuk menu tambahan. Kesukaannya mencari madu pada bunga, secara tidak langsung membantu penyerbukan dari tumbuhan yang dihinggapi.  Sayapnya memiliki warna dan pola berbeda-beda. Jenis mapwing seperti gambar di atas, dikenal karena pola pada sayapnya mirip garis-garis kontur pada peta. Kupu-kupa ada yang suka hidup sendirian, tetapi ada yang lebih nyaman berkelompok. Terdapat jenis-jenis mempunyai tubuh beracun seperti kupu-kupu berbadan hitam jenis crow di atas. Bagi predator tubuh jenis ini akan terasa tidak enak dan memuntahkannya. Racun dalam tubuh kupu ini didapatkan dari tumbuhan ketika hidupnya masih dalam fase ulat. Ketika ulat makan daun tidak hanya kalori yang didspat tetapi juga zat-zat kimia.  Kemudian oleh ulat disimpan dan diramu menjadi racun, dan bertahan dalam tubuh hingga kupu-kupu dewasa.


Setetes air hujan jatuh di  daun pada tajuk pohon. Tetesan mengalir pada lembar daun untuk menetes kembali menimpa daun di bawahnya atau merayap pada dahan dan batang, terus hingga jatuh ke lantai hutan. Perlahan melewati serasah, tetesan meresap ke dalam tanah. Bila berhasil lolos dari penguapan, bersama jutaan butiran air lainnya, air memulai perjalanan dalam tanah. Masuk ke bagian dalam tanah, menjelajah bagian dalam. Beberapa menemukan tempat tinggal di dalam, beberapa bergerak lambat tertahan oleh sistem perakaran rumit dr hutan. Pada beberapa titik timbul kembali sebagai mata air. Dari sini air mengalir kembali di permukaan tanah. Mulanya kecil. Gravitasi menariknya menjadi aliran dan saling bertemu dengan aliran lain membentuk kumpulan lebih besar. Begitu terus hingga tercipta anak-anak sungai, sebelum akhirnya berkumpul menjelma menjadi sungai besar. Leuser kaya akan air, dipenuhi ribuan anak-anak sungai. Pita-pita putih membelah bukit dan gunung-gunung hijau, memberikan sumber kehidupan. Dimana ada air di situ ada kehidupan, termasuk bagi manusia yang ditinggal di bawahnya. Van Beukering dkk pada tahun 2002 mencoba menghitung nilai ekonomi dari hutan bila tetap dijaga kelestariannya dan mendapatkan suplai air dari hutan Leuser bernilai 3.730 juta US S$. Bayangkan kerugiannya bila hutan dibabat dan fungsi pensuplai air hilang.


Bila ada orang yang paling mengenal Hutan Keudah, dia adalah seorang pria lokal berumur 50an tahun. Namanya Rajali atau lebih sering dipanggil Mr. Jali. Hutan dan satwa adalah dunianya. Jalur-jalur dalam hutan termasuk pendakian ke Gunung Leuser adalah makanannya sehari-hari. Boleh dibilang Jali adalah pelopor kegiatan wisata di Keudah dan pendakian Gunung Leuser. Dia adalah pemandu hutan dan gunung handal. Lebih dari itu Jali membangun penginapan sederhana, dinamakan Rainforest Lodge. Gemercik air mengalun lembut dari aliran kecil bening dan jernih menabrak bebatuan, mengalir di sampingnya.  Tepat di batas hutan, jauh dari pemukiman, di tengah keheningan. Kicauan burung sering terdengar dan kupu-kupu beterbangan. Kera kecil, wau wau sesekali main pada pohon di atas rumah. Tenang dan damai. Inilah perhentian terakhir sebelum memasuki Gunung Leuser nan agung, harapan terakhir bagi hutan tropis, ditengah kehancuran dimana-mana.

Comments

Popular posts from this blog

Danau Anggi (bagian 1)- Keindahan Tanpa Batas

Danau Anggi (bagian 2) - Keindahan Tanpa Batas

Sisi Lain Gunung Bromo (Bagian 2)