Danau Anggi (bagian akhir)-Dunia Bunga

Ada yang mengatakan bunga adalah cara Tuhan tersenyum. Ya, mungkin karena kebanyakan bunga memiliki penampilan menarik. Warna terang menyala, kontras dengan latar belakang hijau dedaunan. Bentuk dan ukuran beraneka macam, kadang unik, membuat kita terkagum. Beberapa bunga muncul dalam wujud sempurna, menyulap suatu tempat menjadi begitu mempesona. Dalam urusan ini, Danau Anggi lah gudang dari bunga-bunga indah. 

Rhododendron konori

Bunga adalah hasil proses evolusi selama jutaan tahun. Ini merupakan cara cerdik alam mencari solusi atas ketidak mampuan tumbuhan bergerak seperti binatang. Sebagai mahluk hidup tumbuhan perlu untuk berkembang biak dan menyebarkan keturunan. Tertancap di tanah tanpa bisa pindah meyulitkannya. Organ reproduksi jantan harus bertemu dengan betina agar bisa terjadi pembuahan lalu menghasilkan keturunan. Jauh lebih baik bila pertemuan terjadi dengan individu lain, dengan demikian menjaga variasi genetik. Individu lain tersebut bisa  dekat, bisa saja jauh. Tanpa bisa bergerak semua sama saja. Tetap tidak bisa terjangkau. Tetapi kehidupan selalu menemukan jalannya. Tumbuhan meminta bantuan kekuatan lain yaitu angin. Namun sebagian lebih suka bertumpu ke mahluk hidup lain, yaitu binatang. Tentu ada imbalan agar binatang tersebut berminat untuk menolong. Untuk itu, dalam kurun waktu sangat lama, tumbuhan mengembangkan suatu cara menarik dan kompleks. Organ reproduksi mereka 'dibungkus' dengan kelopak-kelopak berwarna. Tujuannya menarik perhatian lebah, kumbang, tawon, kupu-kupu, kelelawar bahkan burung untuk singgah. Para binatang ini akan mendapatkan komplimen cairan manis di bagian dalam bunga. Saat mereka meminum cairan, desain bentuk bunga yang sedemikian rupa memungkinan organ perkembangbiakan jantan berupa serbuk sari bisa ditumpangkan ke tubuh para tamu itu. Ketika mereka pindah ke bunga lain maka serbuk sari terbawa dan mendarat pada organ kelamin betina berupa kepala putik. Dan woila...terjadilah penyerbukan. 

Hutan pegunungan bagian atas pada ketinggian di atas 2.000 meter adalah rumah bunga-bunga indah. Kadang ada di bawah keteduhan tajuk-tajuk pepohonan. Kadang berupa semak atau herba di tempat-tempat terbuka. Kemana pun saya menelisik selalu bertemu dengan warna-warna cemerlang bunga yang menyenangkan hati. 

Anggi merupakan surga bagi tumbuhan jenis Rhododendron. Bunganya berwarna cerah dan berukuran besar dengan bentuk seperti terompet, selalu menarik perhatian siapa saja. Saya menghitung setidaknya ada sepuluh jenis, mulai dari bunga-bunga putih Rhodendron konori, kuningnya Rhododendron laetum hingga bunga merah Rhododendron Arfakianum


Warna-warni bunga-bungai di Anggi sungguh menakjubkan buat saya. Warna-warna umum dari bunga seperti putih, merah, kuning dan merah muda, tampil begitu matang. Lebih dari itu warna-warna tidak lazim juga bermunculan: biru, ungu, merah maroon bahkan hitam. 


Seolah tidak mau kalah dengan bunga, organ lain tumbuhan -daun dan buah- juga berusaha unjuk kebolehan. Pola dan warna beragam serta unik. Bentuk-bentuk simetris dengan pengulangan-pengulangan atau random tidak teratur menciptakan paduan sangat menarik. Belum lagi simfoni cahaya matahari ikut memberi efek permainan warna yang luar biasa.   


Tidak saja tumbuhan berbunga, lumut dan lumut berkerak berlomba-lomba menampakkan diri. Hutan pegunungan memang merupakan tempat paling tepat bagi para lumut. Pada bagian dalam hutan atau tempat-tempat teduh, mahluk ini melimpah, menumpang pada batang, dahan dan ranting pohon serta melapisi lantai hutan membentuk karpet lumut empuk. Pada tempat terbuka, lumut kerak mengambil alih. Kelompok ini adalah simbiosi antara jamur dan alga. Bentuknya seperti kerak-lerak menyelimuti bebatuan atau tanah. Baik di dalam hutan maupun tempat terbuka, saya selalu bergerak perlahan dan coba mengamati detail. Hadiahnya adalah bentuk-bentuk unik dan tidak terbayangkan dari lumut dan lumut kerak. 


Campur tangan manusia berupa pembakaran lahan membawa satu kelompok tumbuhan turut memeriahkan Anggi. Tumbuhan itu adalah paku-pakuan, suka pada tempat-tempat terbuka. Dibandingkan dengan tumbuhan berbunga, warna paku cenderung kurang bervariasi. Hijau dan coklat dengan berbagai gradasinya. Tetapi sekali lagi, ketika warna kurang dominan, maka berbagai jenis pola menarik, simetris atau acak menggantikannya. Seolah semua yang disentuh oleh Anggi menjadi menakjubkan.


Mengapa begitu banyak bunga liar indah di Anggi? Juga pola-pola menarik dari daun, buah atau biji. Jawabannya mungkin pada anugerah iklim dan tanah yang sesuai. Ditambah eksperimen oleh alam yang sudah berlangsung jutaan tahun sejak wilayah kepala burung masih terpisah sampai menyambung dengan daratan Papua. Satu hal lagi berperan penting adalah tekanan manusia belum terlalu tinggi selama proses tersebut berlangsung. Pertanyaan berikutnya akankah bertahan semua anugerah dan keindahan ini?

Sekitar sepuluh tahun lalu, menurut cerita masyarakat, hamparan bunga-bunga warna cerah menutupi daerah Danau Anggi. Kini sudah menurun drastis, seiring dengan terbukanya kawasan ini, akses jalan membaik, diikuti penambahan populasi penduduk. Pembukaan lahan dan pencabutan bunga liar oleh masyarakat maupun orang luar semakin meluas dan intensif. Pengaruh global perubahan iklim tidak menutup kemungkinan akan memperburuk situasi. Ketika di Tanjung Geja, saya merasa dalam dunia mimpi, berdiri pada tanah penuh dengan keindahan bunga-bunga, seperti fantasi dalam film-film Hollywood. Sayang, sepertinya itu hanya sebuah mimpi. Sebuah mimpi yang pendek.

Comments

Popular posts from this blog

Danau Anggi (bagian 2) - Keindahan Tanpa Batas

Tangkahan, Kisah Suatu Hutan Tropis

Danau Anggi (bagian 1)- Keindahan Tanpa Batas