Posts

Showing posts from October, 2015

Sumba: Antara Batu Besar, Padang Rumput dan Kuda

Image
Tahun 2010 dan 2011 saya mendapat kesempatan untuk mengunjungi Pulau Sumba. Mendengar nama itu pikiran  langsung terhubung ke Pasola, suatu upacara tradisional pertempuran menggunakan kuda dan tombak. Di sinilah tempat ritual eksotis ini berlangsung. Saya juga tahu, Sumba merupakan rumah tersisa bagi budaya Megalith. Kuburan batu ukuran besar mewarnai kampung-kampung tradisional. Masih ada lagi ciri khas lain pulau ini yang saya dengar, yaitu padang rumput luas  tempat kuda-kuda berlarian. Bagi mereka yang mengunjungi Sumba sebelum abad 18, mungkin menemukan hal lain yang berharga, yaitu kayu cendana. Sayang, perjalanan ini hanya singkat saja,  tidak ada kesempatan menjelajahi lebih dalam  kehidupan alam, masyarakat dan budaya. Saya hanya bisa memandang sedikit apa yang ada di permukaan, yaitu bentang alam Pulau Sumba. Permukaan ini indah, misterius dan  seolah memanggil-manggil untuk mengungkapkan kisah-kisah  menakjubkan.   Kuburan-kuburan  batu besar menyatu dengan bentang al

Supervolcano Toba

Image
Suatu hari 74.000 tahun lalu, para manusia di India terheran-heran melihat langit mendadak menyuram pada siang hari. Semakin ke arah Asia Tenggara, langit makin gelap. Pada pesisir barat Semenanjung Melayu, sayup-sayup terdengar suara gemuruh di seberangnya. Sesuatu sedang mengamuk  pada pulau yang ada di sana. Sebuah gunung sedang meletus dengan kekuatan maha besar. Kelak gunung ini dikenal dengan nama Toba, sedangkan pulaunya Sumatera. Dan letusan besarnya telah mengubah dunia.  Tenang dan indah, demikian pemandangan yang disajikan oleh Danau Toba Gunung Toba hanya akan dianggap sama dengan gunung api lainnya bila letusannya biasa-biasa saja. Tapi gunung ini berbeda. Sejak 1,2 juta tahun lalu Toba bererupsi sebanyak 4 kali. Pada letusan terakhir    74.000 tahun yang lalu,  kemurkaan Toba benar-benar dahsyat. 2800 km3 material dimuntahkan. Jumlah ini sama saja 100 kali lipat dari letusan terbesar yang pernah ditulis dalam sejarah manusia yaitu Gunung Tambora. Debu vulkanis be

Pulau Weh, Tempat Waktu Berhenti

Image
Mendengar nama Weh mungkin orang akan bertanya dimanakah gerangan. Namun bila saya sebut Sabang-Aceh, maka dengan segera semua mengenalnya sebagai tempat paling ujung barat Kepulauan Indonesia. Kenyataan adalah Sabang merupakan setitik noktah di Kepulauan Weh, yaitu kota terbesar  di pulau ini. Periode 2007-2010, setiap tahun saya menjejakkan kaki di Weh. Dengan segera saya jatuh hati pada tempat ini. Pantai-pantainya indah kaya beraneka ragam ikan, lingkungannya penuh pepohonan hijau segar, dan masih terdapat hutan kepulauan yang terjaga. Tetapi  hal yang membuat saya paling suka adalah ritme kehidupan yang santai dan damai, baik itu pada  masyarakat maupun alamnya. Semua ini membuat waktu terasa terhenti di sini.   Kepulauan Weh  tampak didominasi oleh lahan yang berbukit-bukit Para pelaut Portugal sudah mencatatnya pada abad ke 16, demikian pula para pedagang dari Arab. Suatu pulau yang harus diwaspadai. Sejarawan dari Perancis Denys Lombard menyebutkan karang-karang pul

Sisi Lain Gunung Bromo (Bagian 2)

Image
Pemandangan Menakjubkan Sisi Selatan Kaldera  Gelombang bukit-bukit pasir  pada dasar kaldera  di sisi selatan yang telah tertutup oleh hijaunya vegetasi Selama ini sisi selatan Kaldera Tengger relatif jarang mendapat suplai material vulkanik. Di sini dasar kaldera terlindungi oleh Puncak Gunung Widodaren, menerima sedikit debu vulkanik. Alam pun bekerja dengan cara menakjubkan. Dalam kurun waktu yang lama, tumbuhan seperti rumput gunung dan paku-pakuan menemukan jalannya untuk bisa hidup di pasir vulkanik. Perlahan para tumbuhan ini mengkolonisasi dan mengubah hamparan pemandangan abu-abu perlahan  menjadi hijau menyegarkan. Bukit-bukit pasir kecil menjelma menjadi bukit-bukit hijau nan mempesona yang kemudian diberi julukan Bukit 'Tele Tubbies' karena mirip dengan tempat bermain para tubbies dalam seri film anak-anak televisi yang terkenal di akhir tahun 1990-an.  Bukit 'Tele Tubbies'   Bagi saya memandang dasar kaldera berkarpet rumput yang luar b